Rabu, 27 Oktober 2010

Lingkungan Sekolah Sehat Melalui TriaUKS

A.PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sekolah sebagai sebuah organisasi dituntut untuk dapat memecahkan: (1) masalah tentang bagaimana memperoleh sumber daya yang mencukupi dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, (2) masalah tentang upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, (3) masalah pemeliharaan solidaritas, dan (4) masalah upaya menciptakan dan mempertahankan keunikan nilai yang dkembangkan di sekolah.. Keempat hal di atas menjadi kerangka acuan dalam mengembangkan sekolah sehat.
Sekolah sehat pada dasarnya merupakan bagian dari kajian tentang iklim sekolah atau budaya sekolah, yang di dalamnya membicarakan tentang kemampuan sekolah untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi sekolah dan kemampuan sekolah dalam mengatasi berbagai tekanan eksternal yang dapat mengganggu terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran siswa terhadap kesehatan, maka perlunya peran aktif semua pihak didalam masalah kesehatan siswa, penyedia layanan kesehatan, masyarakat dan pemerintah perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan sekolah secara terpadu dan berkelanjutan.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a.Bagaimanakah kondisi dan keadaan lingkungan sekolah?
b.Bagaimanakah pelaksanaan Tria UKS?


B.PEMBAHASAN

Kita mengenal 2 sistem dalam sistem penyelenggaraan kesehatan yaitu KURATIF dan PREVENTIF-PROMOTIF. Dalam sistem kuratif, penyelenggara kesehatan bersikap pasif dan menunggu seseorang menjadi sakit. Pada pola preventif-promotif, penyelenggara kesehatan berperan aktif mempromosikan dan mencegah terjadinya penyakit, sebelum terjadi penyakit dan kecacatan bahkan kematian. Sistem kesehatan di Indonesia nampaknya juga mulai bergeser menuju promotif-preventif karena biaya yang dibutuhkan lebih sedikit.
Di samping itu sistem kesehatan preventif-promotif akan lebih mudah diterapkan di Indonesia mengingat sistem ini tidak harus dilakukan pada suatu sentra kesehatan tertentu, namun bisa dilakukan pada forum-forum non formal seperti pengajian, PKK, sekolah, dan lain-lain. Sistem kuratif kebanyakan akan sangat menguras kantong mengingat tingkat ekonomi masyarakat Indonesia yang kebanyakan menengah ke bawah. Disamping itu proses rehabilitasi pasca kuratif juga akan sangat menyita waktu dan biaya sehingga biaya sangat tidak efektif.
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan formal haruslah melaksanakan Trias UKS,yaitu:
a.pendidikan kesehatan,
b.pelayanan kesehatan , dan
c.pembinaan lingkungan sehat, yaitu dengan melakukan 7K yaitu kesehatan, kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan, dan kerindangan.
Upaya pembinaan kesehatan pada anak usia sekolah perlu dikembangkan, mengingat kelompok tersebut sangat potensial sebagai sumber daya manusia dalam pembangunan khususnya bidang kesehatan. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah melalui pembinaan pelayanan kesehatan anak usia sekolah.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) maka perlu dilakukan suatu penjalinan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan memperhatikan kebijaksanaan operasional yang telah ditentukan, seperti pelayanan kesehatan di sekolah kepada peserta didik dan masyarakat sekolah lainnya.
Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di sekolah. Demikian juga terhadap pendidikan kesehatan. Sehingga pengetahuan guru mengenai pendidikan kesehatan harus memadai dan sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan saat ini.Dalam rangka mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Tingkat dan untuk lebih meningkatkan kualitas pelaksanaaan UKS, perlu dilaksanakan penataran guru UKS sebagai bagian dari pendelegasian wewenang di setiap sekolah. Oleh karena itu, penyampaian materi tentang kesehatan bagi guru UKS/Penjakes tingkat sekolah sangat dibutuhkan dalam rangka memperkaya pengetahuan dan kemampuan dalam bidang kesehatan.
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah [UKS] adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Dasar titik tolak mengapa uks perlu dijalankan
1)Golongan masyarakat usia sekolah (6-18 th) merupakan bagian yang besar dari penduduk Indonesia (+ 29%), diperkirakan 50% dari jumlah tersebut adalah anak – anak sekolah
2)Masyarakat sekolah yang terdiri atas murid, guru serta orang tua murid merupakan masyarakat yang paling peka (sensitive) terhadap pengaruh modernisasi dan tersebar merata diseluruh Indonesia.
3)Anak – anak dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan sehingga masih mudah dibina dan dibimbing.
4)Pendidikan kesehatan melalui masyarakat sekolah ternyata paling efektif diantara usaha – usaha yang ada untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada umumnya, karena masyarakat sekolah:
•prosentasenya tinggi.
•terorganisir sehingga lebih mudah dicapai.
•peka terhadap pendidikan dan pembaharuan.
•dapat menyebarkan modernisasi.
5)Masyarakat sehat yang akan datang adalah merupakan wujud dari sikap kebiasaan hidup sehat serta keadaan kesehatan yang dimiliki anak – anak masa kini.
6)pembinaan kesehatan anak – anak sekolah (jasmani, rohani dan social) merupakan investasi bagi bangsa dan Negara.

Pada dasarnya sekolah sehat adalah sekolah yang menyadari pentingnya pembangunan kesehatan di bidang promotif dan preventif, bukan hanya di bidang kuratif. Jadi adanya dokter di sekolah tidaklah menjamin bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah sehat. Apalagi jika dokter di sekolah tersebut hanya datang seminggu sekali, atau sebulan sekali. Artinya pendekatan yang digunakan oleh dokter tersebut adalah hanya pendekatan kuratif dan rehabilitatif.


C.SIMPULAN

Sekolah sehat mengedepankan pencegahan dan promosi kesehatan sehingga lebih utama mencegah sakit daripada menunggu sakit. Sehat itu sendiri mencakup 5 aspek yaitu sehat secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Untuk itu, disusun kriteria utama dari sekolah sehat yaitu adanya program pendidikan dan pelayanan kesehatan, makanan sehat, pendidikan olahraga, pendidikan mental serta program lingkungan sekolah sehat dan aman. Jika suatu sekolah telah melaksanakan 5 kriteria sekolah sehat tersebut di atas secara integratif dan berkesinambungan maka bisa dikatakan bahwa sekolah tersebut memenuhi standar sekolah sehat secara internasional.






DAFTAR PUSTAKA
Belajar Ngeblog. Pengembangan Lingkungan Sekolah Sehat Melalui Pemanfaatan Tria UKS. http://niluhnovita.blogspot.com/. Web page diakses pada 14 Oktober 2010
Admin. Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus Anak Usia Sekolah. http://askep-askeb.cz.cc/. Web page diakses pada 14 Oktober 2010.

Jumat, 08 Oktober 2010

Gaya Mengajar Klasikal

Gaya pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru. karena pembelajaran klisikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran secara klasikal ini berarti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan skaligus yaitu mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran. Pengelolan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan meyenangkan yang di lakukan di dalam kelas. Dikuti sejumlah siswa yang di bimbing oleh seorang guru. Model ini sering juga disebut “Classroom Management Model” model ini memiliki karesteristik yang memberikan serta pencapaian keterampilan social.
Mathedu Unila (2009) menyebutkan pembelajaran klasikal berarti pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan di kelas selama ini, yaitu pembelajaran yang memandang siswa berkemampuan tidak berbeda sehingga mereka mendapat pelajaran secara bersama, dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus. Model yang digunakan adalah pembelajaran langsung (direct learning). Pembelajaran klasikal tidak berarti jelek, tergantung proses kegiatan yang dilaksanakan, yaitu apakah semua siswa berartisipasi secara aktif terlibat dalam pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau hanya mendengar dan mencatat.